1.
Yasin
Allah bersumpah dengan dua huruf ini: Ya Sin.
2.
Walquraanil hakiim.
Demi al quran yang penuh hikmah
Al quran itu penuh hikmah. Berbicara kepada setiap orang sesuai
kemampuannya, memetik senar yang sensitif di dalam hatinya, berbicara
kepadanya secara proporsional dan berbicara dengan hikmah yang bisa
mengarahkan dan memperbaiki keadaannya.
Al quran itu penuh hikmah. Ia membina dengan hikmah, sesuai dengan manhaj pikiran dan jiwa yang lurus. Yaitu manhaj yang membebaskan seluruh potensi manusia, namun seraya mengarahkannya ke arah yang benar dan lurus.
3. Innaka laminal mursalin
Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul
Allah menetapkan bahwa Muhammad SAW itu adalah bagian dari para rasul.
4. 'Alaa shirotimmustaqiim
(yang berjalan) di atas jalan yang lurus.
Watak risalah ini adalah lurus, seperti tajamnya pedang. Tidak melengkung, menyimpang dan berbelok dan tidak condong. Kebenaran di dalamnya jelas, tanpa ada kesamaran dan distorsi di dalamnya. Ia tidak condong kepada suatu hawa nafsu, dan tidak memihak kepada suatu kepentingan. Orang yang mencarinya bisa menemukannya dengan mudah, detil dan murni.
Karena sifat lurusnya itu, watak risalah ini menjadi sederhana, tidak kompleks tidak bertele-tele, dan tidak berputar-putar. Tidak merumitkan berbagai perkara, dan tidak menjerumuskan ke dalam berbagai kepelikan masalah, persepsi dan bentuk-bentuk perdebatan.
Watak risalah ini lurus di atas jalan menuju Allah dan pasti sampai kepada-Nya. Al quran adalah pemandu jalan yang lurus ini. Bila seseorang berjalan bersamanya, maka ia menemukan watak istiqamah ini di dalam persepsinya tentang kebenaran, dalam berorientasi kepadanya di dalam hukum-hukumnya yang tegas tentang berbagai nilai, dan di dalam meletakkan setiap nilai pada tempatnya yang tepat.
5. Tanziilal'azizirrahiim
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang
Allah memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hambanya. Dia adalah Maha Perkasa lagi Maha kuat, yang sanggup melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Dia jua Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya. Dan Allah ingin merahmati mereka dalam apa yang dilakukan-Nya.
6. Litundziro qoumammaa undziro abaauhum fahum ghoofiluun
Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
Lalai merupakan perusak hati paling parah, karena hati yang lalai adalah hati yang tidak menjalankan fungsinya, tidak bisa menerima pengaruh dan merespon. Banyak bukti petunjuk yang menghampiri hati, atau hati melewatinya tanpa merasakannya atau memahaminya, tanpa berdenyut atau merespon.
Peringatan merupakan sesuatu yang paling tepat untuk mengobati kelalaian yang dialami kaum itu. Yaitu kaum yang dalam beberapa generasi tidak diperingatkan oleh seorang pemberi peringatan pun.
7. Laqod haqqol qoulu 'alaa aktsarihim fahum laa yu'minuun
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Allah telah menetapkan urusan mereka, dan takdir Allah telah berlaku pada sebagian besar dari mereka, sesuai pengetahuan Allah terhadap hakekat mereka dan watak perasaan mereka
. Jadi, mereka itu tidak beriman, ini adalah nasib akhir bagi kebanyakan dari mereka. Karena jiwa-jiwa mereka terhalang dari hidayah, terkunci untuk melihat bukti-bukti hidayah atau merasakannya.
8. Innaa ja'alnaa fii a'naaqihim aghlaalaalan fahiya ilal adzqooni fahum muqmahuun.
Sesungguhnya kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.
Tangan mereka diikat dengan belenggu ke leher mereka, lalu diletakkan di bawah janggut mereka. Kemudian kepala mereka ditengadahkan secara paksa.
9. waja'alna mim baini aidiihim saddaw wamin kholfihim saddan faaghsyainaahum fahum laa yubshiruun.
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Mereka tidak mampu menatap ke depan, sehingga mereka tidak memiliki kebebasan melihat dan mengamati, padahal mereka berada dalam sebuah kejadian yang keras ini. Sampai disini, mereka dihalangi untuk mendapatkan kebenaran dan hidayah dengan adanya sebuah dinding di depan dan belakang mereka.
10. wasawaa un 'alayhim aandzartahum amlamtundzirhum laa yu'minuun.
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukan kamu tidak memberik peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
Peringatan tidak berguna bagi hati yang tidak memiliki kesiapan iman, dijauhkan darinya, dan dihalangi darinya. Karena peringatan tidak bisa menciptakan hati melainkan hanya menggugah hati yang hidup dan memiliki kesiapan untuk menerima pesan.
11
.innamaa tundziru manittaba'adzdzikro wakhosiyarrohmaana bil ghoybi fabassyirhu bi maghfirotiw wa ajringkariim
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
Yang dimaksud dengan peringatan disini adalah al quran. Orang yang mengikuti al quran dan takut kepada ar rahman padahal ia tidak melihat-Nya, dia inilah yang dapat memetik manfaat dari peringatan. Orang inilah yang berhak mendapatkan kabar gembira setelah ia memetik manfaat dari peringatan.
Ampunan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya tanpa bersikeras, serta pahala yang mulia atas rasa takutnya kepada ar-Rahman padahal ia tidak melihat-Nya, dan sikapnya yang mengikuti peringatan yang diturunkan ar-Rahman. Keduanya saling melengkapi satu sama lain. Karena ketika rasa takut kepada Allah telah mengisi hati, maka ia pasti mengikutinya dengan melaksanakan perintah Allah dan istiqomah di atas manhaj yang dikehendaki-Nya.
12.
Innaa nahnu nuhyil mautaa wanaktubu maa qoddamuu wa aatsarohum wa kulla syaiin ahshoynaahu fii imaamimmubiin.
Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata. (Lauh mahfudz)
Dihidupkannya orang-orang mati merupakan salah satu masalah yang menimbulkan perdebatan panjang. Di dalam surat ini al quran membeberkan beberapa perumpamaan yang beragam. Al quran memperingatkan mereka bahwa setiap amal yang dilakukan tangan mereka dan setiap jejak yang ditinggalkan oleh amal mereka, seluruhnya dicatat dan dihitung. Tidak ada sesuatupun yang diabaikan dan dilupakan. Allah lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia-lah yang mencatat apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dia-lah yang menghitung segala sesuatu dan menetapkannya. Jadi, semua ini pasti terjadi menurut cara yang sesuai dengan setiap hal yang diurusi Allah.
disarikan dari tafsir fii dzilalil qur'an, sayyid quthb.